Minggu, 05 Oktober 2014

Orang Gila itu Lebih Baik Ketimbang Kita

Orang gila itu lebih baik ketimbang kita yang waras. Orang gila –kecuali yang suka mengamuk, jumlah mereka sedikit- sikap dan jiwanya lebih baik dan bersih dari pada kita. Kita suka mencela orang lain, bahkan teman sendiri, baik di depan maupun lewat cara belakang. Kita suka iri keberhasilan teman, tetangga, atau rekan kita. Pahami, kita menyebutnya sebagai teman, tetangga, atau rekan namun kita sering menelikungnya diam-diam, kita dengki bila ia lebih hebat daripada kita. Bahkan kita memuji-muji orang yang jauh, dan kerap melupakan teman, tetangga, dan saudara yang dekat. Gajah di depan tak tampak namun kutu di seberang kelihatan.

Orang gila hanya suka jalan-jalan, nyengir sendirian, tertawa, dan bahagia hanya dengan dirinya sendiri, tak perlu merebut jatah orang lain, tak perlu mencuri, tak perlu merampok. Mereka cukup mengambil yang tersisa diantara kita, dari bak sampah, atau puntung rokok kita.

Orang gila itu lebih baik dari pada kita, apalagi dibanding pemimpin kita yang korupsi, yang  merampas kekayaan negeri ini.

Orang gila, sepanjang dia berada di jalur dunia gilanya, jauh lebih baik ketimbang orang-orang waras yang selalu melakukan perbuatan gila: membunuh, menyebarkan fitnah, adu domba, teror, peperangan, zinah massal, dan aborsi.

Orang gila akan mempertontonkan kemaluan mereka di hadapan umum, untuk menyindir kita yang waras yang pernah memerkosa, pedofilia, zina, yang tak punya rasa malu.

Orang gila adalah utusan Tuhan buat kita yang bermuka alim, bersikap wajar, dan sopan untuk menutupi jahatnya pikiran dan perbuatan kita.

Orang gila telah cukup dengan dirinya sendiri, sedangkan kita selalu ‘memakai’ orang lain untuk memenuhi ego kita, perasaan hebat kita, dan harga diri kita yang besar yang tak pernah sanggup kita penuhi kecuali dengan jalan menggerombol, berkelompok, partai, kuasa, dan klaim.

Dalam sudut pandang mistik, orang-orang gila bersama kaum sufi, pendeta, pastor, paus, santo, dan kyai khos/sepuh, turut membersihkan aura negatif yang diakibatkan oleh kejahatan sebagian besar manusia di bumi ini, sehingga menjadikan alam terus lestari dan seimbang.

Orang gila bukan sampah masyarakat, kitalah yang sampah, yang menggenangi alam dengan sejuta persoalan: kejahatan dan kebencian akibat sikap mau menang sendiri.

Orang gila adalah rujukan kita, dalam mengaca dan memandang diri kita.





Untuk  penanda terbitnya kompilasi cerita dan novela karya Han Gagas “Catatan Orang Gila” (GPU - Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2014) dan novel bertema manusia-manusia "tak normal" yang rencananya akan menyusul kemudian.