Wawancara dengan Mardi Luhung
Han Gagas
http://pawonsastra.blogspot.com/
Saya pertama kali mengenal nama Mardi Luhung -seingat saya- di lembar puisi di koran nasional. Seingat saya dua kali muncul. Nama itu lalu mengambang di kepala saya. Hingga suatu ketika saya menemukan nama itu lagi di lembar cerpen koran nasional yang lain. Karena cerpen adalah bidang penulisan yang saya geluti, saya membaca cerpennya itu, dan saya sedikit bengong akan imajinasinya yang ndladrah-ndladrah, mengalir dan mengocor terus. Saya mulai mengingat nama Mardi Luhung di benak saya.
Seperti ada kerlip cahaya cinta di sana. Rasanya tak ada kesedihan di dunia ini jika melihatnya sedang tertawa. Cinta sejati mengatasi segala perbedaan, agama dan etnis, namun bisa hancur oleh bengisnya kekuasaan yang daya bunuhnya sampai ke jantung perasaan. Cinta sejati tak memikirkan diri sendiri. Berhari-hari, berminggu-minggu, bertahun-tahun aku menggelandang seperti orang gila. Cinta tahu ke mana arah pulang.